MATERI #9 GAME LEVEL #11 TARBIYATUL JINSIYAH UNTUK BAYI DAN BALITA

Screenshot_2018-01-12-15-13-25-1

 

Tarbiyah Jinsiyah menurut konsep Islam adalah upaya mendidik nafsu syahwat agar sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga menjadi nafsu yang dirahmati Allah. Yang merupakan bagian dari membangun masyarakat yang beradab.

Tarbiyah jinsiyah  mengandung makna yang lebih luas, bahwa pendidikan seksualitas menyangkut masalah keyakinan, keimanan, ibadah dan juga akhlak.

  • Kita meyakini hanya ada dua gender atau jenis kelamin di dunia ini yang diciptakan Tuhan, yaitu laki-laki dan perempuan.
  • Keimanan seseorang akan menyetir perilakunya, mengekang nafsu dan menjaga kehormatan diri.
  • Manusia diciptakan untuk menghamba pada Tuhan. Memberikan yang terbaik sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Setiap perbuatannya adalah bagian dari ibadahnya, termasuk cara ia berpakaian, bergaul, berumah tangga dan memiliki anak-anak.
  • Ketinggian akhlak akan berpengaruh pada ketinggian peradaban. Generasi yang berkualitas tergantung dari pendidikan moral dan perilaku mereka.

 

Dasar Tarbiyatul Jinsiyah

  • QS. Al-Hujurat : 13 Penciptaan laki-laki dan perempuan berbagai bangsa dan berbagai suku. Yang paling mulia bukan jenis kelamin atau kesukuannya, melainkan ketakwaan kepada Allah.
  • QS. Ali Imran : 36 Anak laki-laki tidaklah sama dengan anak perempuan.
  • HR Al-Bukhari : Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan juga sebaliknya.

 

Tujuan pendidikan seksualitas

  • Menangkal efek buruk media dan lingkungan
  • Membangun kepercayaan antara orang tua dengan anak
  • Mendukung perkembangan dan pemahaman anak
  • Menjadi manusia seutuhnya sesuai kodrat gendernya

 

Pendidikan fitrah seksualitas ini dimulai sejak bayi lahir. Fitrah seksualitas sendiri bermakna bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Pendidikan seks kepada anak meliputi pemahaman dan pengenalan gender, titik fokus pada usia-usia tertentu dan adab pergaulan.

 

Pada usia balita, anak mulai mempelajari nama-nama organ tubuhnya. Hindari mengganti nama organ intim tubuhnya dengan nama-nama selain penis, payudara, dan vagina. Sebagian bunda lebih suka mengenalkan pendidikan seksual ini dari sudut pandang sains dan anatomi. Kali ini kita akan lengkapi dengan melihatnya dari sudut pandang agama.

 

Tahap pendidikan seksual :

*  Usia 0-2 tahun adalah usia bayi pada masa menyusui.

Sekalipun bayi seolah belum mengerti apa-apa, sesungguhnya mereka selalu belajar melalui indera dan rasa. Maka selayaknya orang tua mulai menanamkan rasa malu dengan cara tidak mengumbar aurat bayi di sembarang tempat. Saat memandikan, mengganti baju, mengganti popok, mencebok bayi, usahakan dalam ruang tertutup. Jika di tempat terbuka, tutuplah auratnya dari pandangan orang lain dengan selembar kain. Saat berjemur pun bayi dalam keadaan berpakaian. Ketika ibu menyusui bayi, maka hanya bayinya yang berhak untuk berinteraksi dan melihat aurat bagian atas ibunya. Saat orangtua melakukan proses hubungan suami istri, tidak boleh disaksikan oleh anaknya sekalipun masih bayi. Bahkan suaranyapun tidak boleh terdengar oleh bayinya. Prinsip pada masa ini: Berusaha menutup aurat anak dan aurat diri.

IMG-20180112-WA0006

*     Usia 2-4 tahun memasuki masa penyapihan.

Semestinya anak sudah tidak boleh melihat payudara. Pada usia ini, anak mulai diberikan pemahaman tentang menutup aurat mugholadzoh (aurat berat), yakni qubul dan dubul.
Sudut pandang psikologi menyebut usia 1,5-3 tahun adalah fase anal dan dilanjut dengan fase uretral. Ditandai dengan matangnya syaraf otot sfingter anus, sehingga anak mulai belajar mengatur BAB dan BAK. Terkadang anak memegang-megang alat kelaminnya. Anda dapat mengalihkan tangan anak untuk melakukan aktivitas lain yang lebih manfaat seperti melipat kertas, memainkan tali dan mainan lain yang akan menyibukkan dan melatih tangannya. Pada saat yang tepat, beri pengertian untuk untuk tidak banyak menyentuh alat kelaminnya kecuali ada keperluan seperti mau pipis, atau ada keluhan sakit.

Toilet training memasuki saat yang penting untuk tuntas pada masa ini, sehingga anak belajar mengontrol kapan ia harus BAB dan BAK. Anak diajari untuk tahu dimana dan dengan siapa ia harus meminta tolong melakukan aktivitas tersebut. Beritahukan pada anak, siapa saja orang yang boleh menolongnya. Semua larangan yang berlaku pada masa bayi, terus berlaku pada masa ini, seperti menutup aurat orang tua dan anak.

Jika orangtua dan anak mandi bersama, usahakan lakukan dengan anak yang berjenis kelamin sama dan orangtua tetap memakai baju basahan/baju renang, tidak boleh membuka aurat di depan anak.

Jangan memandikan beberapa anak secara bersama-sama dalam keadaan mereka telanjang bulat. Minimal pakailah celana dalam jika terpaksa anak mandi bersama. Hal ini menghindarkan mereka saling melihat aurat.

 

 

*      Usia > 4 tahun anak sudah sampai pada pemahaman bahwa dia hanya boleh dicebok dan dilihat auratnya oleh mahram atau pengasuh yang dipercaya (atau ibu guru di sekolah). Seiring proses, anak dilatih untuk melakukan proses istinjak sendiri secara benar. Inilah saat anak mengenal secara istilah dan praktik bahwa prosesi cebok adalah bagian dari ibadah, yakni bersuci.

Proses identifikasi gender biasanya mulai usia ini. Ia bertanya dan mulai mengerti perbedaan laki-laki dan perempuan. Bagian dari pendidikan seksual adalah orang tua mengawal masa pembentukan identitas ini agar tidak terjadi penyimpangan.

Saat anak melihat tontonan yang merancukan pemahaman gender, lelaki berpakaian dan bertingkah perempuan atau sebaliknya, berikan penjelasan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Maka masing-masing harus menjalankan perannya dan tidak boleh bertukar karakter atau jenis kelamin. Ajarkan dan contohkan sikap dan pakaian yang sesuai.

tarbiyatul jinsiyah

 

Jika Anda enggan mendiskusikannya, anak akan mencari tahu tentang pendidikan seksual dari sumber lain yang belum tentu tepat. Dengan memberikan edukasi seksual yang benar, Anda bisa membantu pemahaman anak serta mencegah pengaruh negatif dari lingkungan dan media informasi.

 

 

 

Referensi :

Prophetic Parenting, DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid

Tahapan Mendidik Anak, Jamaal ‘Abdur Rahman

http://bit.ly/2mu33T6

http://bit.ly/2Ez8dnz

http://bit.ly/2CV9bda

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a comment